PENDIDIKAN KARAKTER MASA MAJAPAHIT


Para ahli dalam dunia pendidikan yang menafsirkan berbagai sudut pandang mengenai sebuah pendidikan berkarakter. Pendidikan memang layaknya memiliki arah dan tujuan guna menjembatani suatu dimensi ruang dan waktu dari sebuah bangsa dan negara. Sebuah bangsa dan negara akan menjadi suram jika penduduk negaranya tidak pernah mengenyam sebuah pendidikan yang baik. Pendidikan dalam arti luas tidak hanya terbatas pada pembelajaran dalam ruang kelas. Pendidikan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dapat menjadikan manusia memiliki karakter dan mental yang lebih baik, hal ini bisa merupakan sebuah pengalaman dimanapun seseorang berada.

Selain itu pendidikan tidak hanya diberikan oleh seorang guru dalam ruang kelas, namun pendidikan dapat diberikan oleh semua orang melalui sebuah nasihat, terutama para orang tua dari peserta didik

Terkait pendidikan karakter, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi watak peserta didik sehingga menghasilkan sebuah prilaku yang merujuk pada budi pekerti. Oleh sebab itu dalam hal membentuk watak peserta didik diharuskan memiliki mental dan pola pembelajaran yang positif supaya menghasilkan watak serta budi pekerti peserta didik yang positif pula.



Dalam perjalanan tumbuh kembang seseorang selalu beriringan dengan pembentukan karakter dari orang tersebut. Baik yang datangnya berasal dari dalam diri maupun dari luar. Pembentukan jati diri atau karakter ada tiga unsur, yakni pikiran, tindakan, dan sikap. Ketiga unsur ini sangatlah erat untuk membentuk karakter seseorang. Dengan pikiran, seseorang akan bertindak sesuai keinginannya. Dan terkait dengan sikap, sikap adalah bentuk dari pemikiran yang singkat, sehingga menghasilkan tindakan yang diinginkan pula.


Melihat kembali ke masa lampau, Majapahit, kerajaan besar yang pada puncak kejayaannya pernah menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara dan sebagian Malaya. Kerajaan ini merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia. Sebagai sebuah kerajaan yang besar dan maju, tentu tidak dibangun dalam sekejap. Peradaban Majapahit disokong oleh banyak faktor, kekuatan militer yang kuat, perdagangan yang maju, karya seni yang indah, karya sastra yang bagus, serta ritus agama yang beragam. Peradaban ini tentu didukung dengan lembaga pendidikan yang bagus terutama lembaga pendidikan agama yang biasa disebut dengan Mandala. 



Mandala merupakan perkampungan bagi kaum agamawan. Mandala, berpusat pada tapowana tempat tinggal mahāṛsi yang mungkin terletak di bagian puncak bukit atau lereng tertinggi di suatu wilayah. Di sekitar tapowana, disebut pajaran adalah tempat untuk memberi pelajaran-pelajaran keagamaan, dan pada lereng agak ke bawah terdapat rumah-rumah ubwan, kili, tapi yang dinamakan pangubwanan. Pendeta perempuan dan laki-laki yang masih dalam tahap belajar (śisya) menurut Nāgara Kŗtāgama, namanya endang dan kaki. Mereka tinggal dalam pedukuhan kaum agamawan tersebut yang dikenal dengan sebutan mandala atau kadewagurwan.


Keadaan lingkungan suatu mandala dapat ditafsirkan dari uraian kakawin Nāgara Kŗtāgama, Arjunawijaya, dan Sutasoma. Mandala, terletak di tengah hutan yang rindang dan asri, pondok-pondok teratur  berjajar. Di tiap rumah terdapat serambi tempat orang duduk-duduk, tiang-tiang dihias relief cerita yang indah, di serambi-serambi juga biasanya menjadi tempat pembacaan kakawin. Banyak bangunan di bagian depannya ditulisi nama panggilan penghuninya. Di halaman pañcāksara itu tumbuh bunga-bungaan, antara lain nagakusuma yang tumbuh di tepian kolam, juga terdapat pohon kelapa gading yang rendah buahnya lebat berwarna kuning.



Dalam kurikulum 2013 tersebut mewajibkan pada semua pengajar untuk membentuk pola fikir peserta didik dengan cara menyisipkan nilai-nilai karakter di semua mata pelajaran yang diampunya. Sehingga dalam hal ini diharapkan pendidikan yang berkarakter akan terbentuk dari seorang pengajar pada peserta didiknya, yang tentunya kedepan akan berdampak pula pada revolusi mental karakter masyarakat di seluruh Indonesia. Dengan adanya kemunculan pembenahan pola pendidikan yang menitikberatkan pada karakter, saat ini banyak sekali karya ilmiah dan penelitian yang mengambil tema mengenai pendidikan karakter. Namun tema-tema tersebut jarang sekali yang membahas tentang pendidikan karakter sebelum dibentuknya kurikulum 2013. Memang secara garis besar penelitian mengenai pendidikan karakter secara umum ditujukan untuk kajian edukasi pada masa kini.


Belum banyak kajian yang memaparkan nilai pendidikan karakter pada masa Majapahit, yang sesuai dengan nilai karakter pada kurikulum 2013. Oleh karena itu kehadiran buku Pendidikan Karakter Masa Majapahit ini mencoba merekonstruksi sejarah kerajaan Majapahit dilihat dari sisi pendidikan, utamanya adalah pembentukan nilai-nilai karakter yang luhur pada masa itu. Dari titik pijak prasasti-prasasti di Lereng Semeru tersebut kemudian penulis mencoba menautkan dengan pola pendidikan karakter yang berlaku saat ini, yakni nilai karakter pada kurikulum 2013. Selamat membaca.


Judul               : Pendidikan Karakter Masa Majapahit; Tinjauan Prasasti-Prasasti Lereng Semeru

Penulis            : Rakai Hino Galeswangi

Halaman          : 165 halaman

ISBN               : 978-602-5789-11-3

Penerbit Magnum

2 komentar: